“Mas.........janji.........ya........mau jadi
suamiku”
“Ya.........Nit........kapan kamu mau jadi
istriku.......ta?”
“Ya........nikahi aku dulu, mau ya mas.” Aku lihat
ada kesungguhan dimata mas Jiprit, trus aku peluk erat. “Mas.........tadi
pejuhmu banyak banget masuk dalam rahimku, sekarang aku hamil.....dalam perutku
sudah ada benih anak kita mas.” Aku terus merengek-rengek sambil terisak takut
mas Jiprit tidak tanggung jawab.
“Nit........aku harus bersumpah pakai apa nit,
besok kalau kamu mau kita datang kepenghulu, kita nikah besok, kamu mau kah aku
nikahin.” Mendengar jawabannya yang sungguh-sungguh hatiku menjadi tenang.
“Aku capai banget, pelukin mas. Kamu tidur sama aku
ya mas.”
Setelah persetubuhanku yang
pertama, aku semakin keranjingan ingin selalu menikmatinya setiap saat.
Ditambah lagi oleh faktor usiaku yang masih belia, maka tuntutan birahi itu
semakin menjadi-jadi. Setiap ada kesempatan aku selalu mengulanginya, setiap
aku menginginkannya aku paksa om Jiprit untuk segera menuntaskannya. Sekarang
setiap bagian-bagian tubuhku mulai berubah total. Sepasang susuku yang dulu
hanya sebesar bola tenis, kini tambah membesar, pentilku juga ikut membengkak
akibat sering dilumat om Jiprit. Bagian memeku otomatis berubah total, bulu
jembut tambah lebat, mungkin kerana dapat tambahan vitamin dari air perjuh om
Jiprit. Biji itilku yang sering dijilat kini mencuat seperti keluar dari
sarangnya. Lubang memekku tambah longgar karena sering ditusuk kontal besar
milik om Jiprit. Punggulku mulai melekuk indah seperti gitar spanyol. Semuanya
memang berubah, termasuk penampilan fisikku. Meski demikian, sedikitpun tidak
mengurangi kecantikanku, bahkan teman-teman lelaki sering memuji penampilan
tubuhku semakin tambah seksi.
Sudah hampir enam tahun aku
bersama om Jiprit selalu melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh siapapun.
Setelah lulus SMA aku nagih janji sama om Jiprit. Yang siang itu ketika om
Jiprit membutuhkan penyaluran birahi, aku tagih janji ketika pertama kali
mengambil keperawananku.
“Mas....., kamu sayang nggak sih sama aku.”
“Nit......, kenapa kamu nanya begitu ?” Om Jiprit
mulai mencium pipiku.
“Mas........., masih ingat ketika kamu mengambil
keperawanku. Mas pernah janji apa sama aku.” Aku membalas ciumannya. Sementara
tangannya meraba, mulai meremas susuku.
“Oh itu........, ya jelas sayang dong. Aku tidak
mau Nitaku yang cantik ini diambil orang lain.” Remasannya membangkitkan
birahiku, kali ini aku coba bertahan. Aku ingin tahu janjinya yang dulu, aku
ingin tahu niat baiknya. Tangannya aku tarik turun meraba perut.
“Mas........mau kan janji suami Nita.”
“Ya....jelas mau jadi suami buat wanita secantik
Nita, aku tidak mampu menolak keinginanmu.” Perutku diraba-raba, tapi belum
tahu apa yang aku maksudkan.
“Mas........, sekarang benih yang sering kamu tanam
sudah tumbuh dirahimku. Aku hamil mas, mas maukan tanggunjawab sama aku.”
“Nit, jadi.....jadi.....sekarang kamu hamil.” Dia
nampak bahagia sekali, senyumnya mengembang. “Nit....kok baru bilang sekarang,
sudah berapa bulan Nit.” Lalu dipeluknya aku erat-erat.
“Mas.......sudah satu bulan. Mas mau ya tanggung
jawab sama Nita.”
“Sekarang aku akan bilang sama orangtuamu, aku mau
melamarmu sekarang. Kamu mau kan aku lamar.” Demi mendengar jawabannya aku
sangat bahagia sekali.
“Ya mas........, jangan sekarang, nanti malam
saja.” Aku lumat bibirnya kuat-kuat, namun itu hanya sebentar. Kemudian
direbahkan tubuhku, kepalaku bersandar pada pangkuannya. Tangannya
mengusap-usap lembut rambutku yang panjang terurai.
“Nit....., sekarang kamu pulang dulu ya, orang
tuamu dikasih tahu dulu.”
“Tapi mas......, aku masih pengin bersama kamu,
mas......aku bahagia sekali. Nanti malam datang ya....., aku sudah tidak sabar
pengin dilamar sama kamu.”
Malam itu mas Jiprit datang
kerumahku, dua orangtuaku menemui seperti biasa, mereka tampak akrab sekali.
Aku menyiapkan minuman dan makanan kecil.
“Maaf sebelumnya yang mas ya mbak. Kali ini
kedatanganku kesini ada hal penting yang mau aku sampaikan.” Aku tersenyum saja
sambil menghidangkan minuman.
“Ada apa dik, kamu itu sudah sebagai keluargaku
sendiri, tidak usah basa-basi begitu.” Ayah santai saja menanggapinya.
“Sukurlah mas, tapi kali ini aku mohon maaf kalau
ada kata-kataku yang kurang berkenal bagi kalian. Kedatanganku kali ini mau
menyampaikan hubunganku dengan Nita.” Sekilas aku melihat ada rasa kaget pada
ayah dan ibuku.
“Maksud dik Jiprit itu... hubungan seperti apa, kan
kita ini sudah menjadi keluarga dik.” Kali ini ibuku ikut bicara.
“Tadi mas dan mbak Bandi sudah menganggap kita sudah
menjadi keluarga. Tapi aku ingin ada ikatan keluarga yang sesungguhnya.”
“Maksud kamu bagaimana dik....., aku jadi bingun,
kamu membawa-bawa Nita.” Ayah dan ibu masih bingung. “Sekali lagi bicara terus
terang, biar aku tahu maksudmu dik.”
“Begini mas..., mbak. Ijinkan aku memanggil kalian
berdua bapak dan ibu. Dan aku minta ijin sama bapak dan ibu mau meneruskan
hubunganku dengan dik Nita.”
“Dik........aku jadi tambah bingung, terus terang
saja, ada apa ini.” Ayahku menjadi tambah bingung. “Nit.....Nita........kamu
kesini” Aku segera mendekat, lalu duduk disamping mas Jiprit.
“Maksudku bagini.” Mas Jiprit menghela napas
sebentar.”Begini Pak......bu........aku ingin meminang dik Nita menjadi
istriku.” Demi mendengar ucapan mas Jiprit dua orangtuaku terlonjak kaget.
“Apa, apa-apaan kamu dik.” Ayah bicara keras
membentak mas Jiprit, hatiku makin gelisah aku takut sekali dua orangtua tidak
merestuinya. Namun mas Jiprit nampaknya masih tetap tegar, tidak ada rasa
gentar.
“Pak......, bu.......bener aku mau melamar dik
Nita, aku mohon restuilah hubungan ini.” Mas Jiprit tetap berkata lembut dan
sopan.
“Nita.......nita.......apa bener kamu ada hubungan
cinta sama Jiprit.” Kali ini ayah membentakku, aku hanya mangangguk.
“Ya.....yah, Nita cinta banget sama mas Jiprit.”
Aku terbata-bata menjawabnya, meski ada rasa cemas dalam hatiku.
“Ayah tidak setuju, lebih baik hubunganmu sama
Jiprit bubar saja.” Ayah nampak marah sekali demi mendengar jawabanku.
“Pak.......sabar dulu.” Mas Jiprit menyela.
“Jiprit!! Diam kamu, aku tidak butuh lagi jawaban,
aku ingin kamu meninggalkan anakku.
“Mas, sabar dulu.....sabar mas.” Ibuku berusaha
menenangkannya, aku hanya dapat menangis sesenggukan, ketika ayah menarik
tanganku menjauh dari mas Jiprit.
“Sekarang, lebih kamu pulang. Keluar dari rumahku
Jiprit....keluar......sana keluar.” Akhirnya mas Jiprit mengalah, setelah pamit
dia melangkah keluar meninggalkan aku.
Kemudian ayahku memarahiku habis-habisan. Sementara
aku hanya bisa menangis, sedangkan ibu tidak dapat berbuat apa. Sejak saat itu
ayah melarang aku keluar rumah, aku dikurung dalam kamar. Setiap hari yang aku
lakukan hanya menangis. Aku hanya bisa berharap mas Jiprit datang lagi, meminta
pada ayah merestuinya. Untuk menenangkan kemarahan ayah, aku mengalah, aku
menurut. Dan ketika bulan kedua perutku semakin mual, rasanya seperti ada yang
mengganjal dalam perutku. Kali ini kehamilanku yang sudah tiga bulan, jadi
senjata agar ayah merestuinya. Ibuku yang sudah tahu kehamilanku, berusaha
membujuk ayah. Meskipun masih kecewa, ayah menyuruhku untuk menemui mas Jiprit.
Aku merasa lega kembali dapat
menemui mas Jiprit. Pagi hari aku segera datang menemui mas Jiprit dirumahnya.
“ Mas........mas.......mas Jiprit, ini aku Nita.”
Aku cemas sekali karena rumah mas Jiprit sepi, aku cemas sekali. Aku takut
sekali ditinggal sama mas Jiprit.
“Ada apa....Nit kok kamu datang kesini. Apa ayahmu
sudah tahu.” Nampaknya mas Jiprit baru bangun, aku yang sudah dua bulan
terkurung tidak dapat membendung rasa rindu. Aku segera menubruk mas Jiprit,
aku peluk erat-erat sambil menangis.
“Mas.......jangan tinggalin aku ya.” Mas Jiprit
membalas pelukakku, aku bahagia sekali demi merasakan kembali kasih sayang yang
selama dua bulan terputus.
“Ada apa Nit....”
“Gini mas....? Ayah dan ibu sudah tahu kehamilanku.
Mas...kamu nanti malam disuruh datang kerumah.”
Meski dengan berat hati
akhrinya ayah menyetujui pernikahan kami. Acara pernikahan berlangsung sangat
sederhana. Setelah semua selesai aku ikut suami yang pindah kontrakan. Tetapi
kami hanya menikmati perkawinan itu hanya tiga tahun. Perkawinan kami tidak
bertahan lama, setelah anakku berumur 2 tahun aku dengan terpaksa akhirnya
berpisah dari mas Jiprit yang sangat aku cintai. Ayahku menggunakan jasa preman
untuk mengusir mas Jiprit meninggalkan kota yang penuh kenangan. Aku takut
sekali kalau mas Jiprit sampai dibunuh, akhirnya aku mengalah demi keselamatan
mas Jiprit. Setelah berpisah aku disuruh kuliah di Jerman, sedangkan anakku
dibawa pergi oleh mas Jiprit entah kemana.
Pemutih Kulit
BalasHapusObat Perangsang
Aneka Kondom
Alat Bantu Sex
Pelangsing Badan
Penumbuh Rambut
Obat Penggemuk Badan
Pembesar Penis
Oil Pembesar Penis
Obat Vitalitas Viagra
Obat Kuat Sprai
Vagina Bulu
Vakum Pembesar Payudara
Obat Hernia
Vakum Pembesar Penis
Boneka Fuul Body
Hub: 085713500997
Pin bb: 30bcbe67