Minggu, 22 September 2013


KONTOL BESAR AYAH ANGKATKU

Namaku Elsa, sekarang sudah berumur 20 tahun, kini aku sudah jadi ibu rumah tangga, dan sedang hamil lima bulan. Suamiku Vandi sudah berumur 48 tahun, meskipun sudah tua tapi penampilannya masih tetap gagap. Mungkin karena faktor ekonomi yang serba bergelimang harta, sehingga penampilannya berbeda dengan pria-pria lain yang seusianya. Aku sangat bahagia, meskipun memiliki suami yang sudah tua usianya. Kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin selalu terpenuhi. Aku sendiri heran, mengapa disaat usiaku yang masih terbilang muda sudah berkeluarga. Ketika aku sedang sendiri selalu merenung, mengingat masa-masa kecilku.
Ketika aku masih berusia 3 tahun ayahku meninggal, otomatif ibuku yang menjadi taulang punggung keluarga. Meskipun hanya memenuhi kebutuhan kami berdua, ibu merasa tidak sanggup. Ibuku yang setiap hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Hidup kami serba kekurangan, jadi bahan ejekan tetangga sekitar. Menjelang usiaku menginjak 5 tahun, ibuku sakit keras, aku yang masih kecil tidak mampu berbuat apa-apa. Sedangkan saudara-saudaraku dari kedua belah pihak cuek, mereka acuh tak acuh terhadap penderitaan kami. Untuk memenuhi kebutuhan makanpun tidak bisa, apalagi harus mengobati ibuku kerumah sakit sama sekali tidak punya biaya. Karena sedemikian parahnya sakit ibuku, akhirnya beliau meninggal dunia. Aku menangis sejadi-jadinya, sementara tetangga sedang mengurus pemakaman ibuku. Sepeninggal ibu aku hidup sendiri, makanpun karena pemberian tetangga. Lima bulan kemudian ketika aku sedang bersimpuh menahan lapar ditepi jalan, ada orang yang mau menolongku. Kemudian aku dititipkan pada panti asuhan. Memang sangat pahit masa kecilku, tapi nasib orang hanya Tuhanlah yang tahu. Selama lima bulan aku tinggal dipanti asuhan. Sampai akhir datang pasangan suami-istri kepanti asuhan. Aku dipanggil oleh kepala panti.
“Elsa, kesini nak ?” Bu Padmi memanggilku sambil mendampingi pasangan suami-istri muda.
“Ya bu, ada apa.” Aku mendekati Bu Padmi.
“Begini nak, Pak Darminto dan Ibu ingin mengangkatmu sebagai anak beliau. Kamu mau atau tidak ?” Bu Padmi membujukku dengan sabar. Pada mulanya aku ragu, aku baru pertama kali melihat pasangan suami-istri itu. Namun karena sapaan dan tatapan lembet mereka, akhirnya aku menurut. Maka sejak bulan Oktober 2002 aku meninggalkan panti asuhan, pindah kerumah orangtua angkatku yang sangat megah. Aku yang pada saat itu masih duduk dibangku TK, dipindahkan ke TK faforit dikota Surabaya. Kedua orangtua angkatku sangat bahagia dengan kehadiranku, mungkin karena aku sehat, lincah dan cerdas. Perhatian mereka terhadap diriku sangat berlebihan. Selama sekolah di TK sampai kelas 3 SD,  setiap hari diantar oleh bapak angkatku. Sehingga aku sangat dekat sekali dengan beliau, bahkan aku tidak sungkan-sungkan minta digendong.
“Elsa sekarang kamu sudah kelas 6 SD, nggak pantas minta gendong sama ayah.” Tegur ayahku ketika aku minta digendong.
“Ayah!! Nggak sayang lagi sama Elsa.” Aku merengut marah.
“Ayah sayang sama kamu Elsa, sekarang kamu sudah besar, tidak pantas digendong lagi.” Aku yang masih marah tidak mau mendengarkan perkataan ayah angkatku. Selama dua hari aku ngambek. Sampai akhirnya ayah angkat mengalah. Pada hari minggu aku diajak oleh orangtua angkatku bermain ditaman kota. Kami bertiga bermain ayunan, aku dan ibu naik, sedangkan ayahku yang mendorong.
“Yah berhenti dulu, Elsa kebelet pipis nih.” Dengan ditemani ayah aku menuju ke WC disekitar taman, sedangkan ibu angkatku pergi membeli makanan. Ketika aku pipis dikagetkan dengan munculnya cacing yang merambat dibagian fitalku.
“Ayah....., tolongin aku, Elsa takut.” Aku berteriak keras
“Ada apa Elsa, tidak usah takut, ayah menjagamu diluar.” Ayah masih diluar.
“Sini masuk yah, ada cacing besar lagi merambat-rambat.” Aku berteriak ketakutan. Akhirnya ayah angkatku masuk ke WC.
“Mana cacingnya. Sama cacing saja kok takut.”
“Ini yah...” Aku menunjukkan cacing yang merambat dimemekku, rasanya geli dan jijik sekali.
“Mana..., mana cacingnya, kamu jangan bercanda Elsa.” Ayah angkatku masih tidak percaya, meskipun aku masih menggigil gemetaran.
“Lihat ini yah, cacingnya merambat dimemek.” Aku menunjuk ketakutan pada bagian fitalku. Karena aku masih posisi jongkok, ayahku sulit melihat. Terpaksa beliau membungkuk, melihat bagian memekku yang sedang kegelian dirambati cacing. Supaya jelas, aku buka lebar-lebar kedua pahaku.
“Yah, cepetan dong, ambilin tu cacing nakal.” Aku masih kegelian, karena cacing itu mulai masuk pada belahan memekku. Akhirnya ayah melihat cacing itu mengulurkan tangannya mengambil cacing yang sudah masuk pada belahan memekku. Aku menjadi tambah geli, ketika  jari-jari tangan ayah angkatku meraba-raba permukaan memekku. Dua jari ayah angkatku masuk pada belahan memek untuk mengambil cacing. Mulanya aku merasa geli dengan sentuhan jari ayah angkatku pada belahan memek, tapi ada rasa aneh yang menjalar pada bagian memekku. Sebentar rasanya geli, tapi ada rasa enak ketika jari-jari itu meraba mencari cacing. Rasanya aku ingin berlama-lama memekku disentuh tangan itu, ada rasa nikmat bercampur geli.
“Nih cacingnya ya El.” Ayah angkatku menarik tangannya sambil menunjukkan cacing yang dipeganggnya. Aku bergidik ngeri demi melihat cacing yang tadi merambat dimemek. Aku mengangguk malu, marah pada cacing nakal itu. Ketika ayah angkatku mau keluar aku tahan tangannya.
“Yah..., jangan keluar dulu. Elsa masih takut, temani El pipis ya yah.” Aku menghiba ketakutan. Ayahpun masih didalam, nunggui aku pipis sampai selesai. Selama pipis itulah perasaan-perasaan aneh muncul lagi.
“Yaah..., tolong cebokin memek Elsa, takut, seperti ada cacing lagi.” Aku membujuk sambil menarik-narik tangan ayah angkatku. Ketika tangan kanan ayah angkat nyebokin memek aku pegang kuat-kuat. Sepertinya aku tidak rela rasa enak itu hilang kembali, aku masih seneng memekku diceboki. Setelah selesai aku masih mita dipakaian celana dalam oleh ayah angkatku. Mata beliau terpana demi melihat memekku yang masih polos dan tembem.
Sejak kejadian itu memekku pengin terus diraba-raba, ayah angkatku makin tambah sayang. Aku pengin mengulang kejadian di WC itu kembali, aku berusaha mencuri perhatian ayah angkatku. Ketika pulang sekolah aku menyewa taksi menuju kekantor ayah angkatku. Aku nyelonong masuk keruang kerjanya, belaiu kaget dengan kehadiranku.
“Elsa...., kok kamu tidak langsung pulang kerumah, nanti ibu bingung mencarimu.” Tegurnya. Namun aku tersenyum saja, sambil menggelendot manja dipunggungnya.
“Yaa.... yah, Elsa pengin nungguin ayah kerja, beloh kan?” aku merengek manja. Ayah angkatku mengangguk, sambil meneruskan pekerjaannya. Aku yang suka dimanja, terus menggelendot pada punggung ayah angkatku. Bagian dadaku yang sudah mulai tumbuh membusung rasanya semakin enat nempal dipunggung laki-laki.
“Yah, nanti pulang kerja mampir kesupermarket ya.” Pintaku manja sambil mengusap-usap punggunggya.
“Kamu mau beli apa El?”
“Mau beli baju yah, nih bajuku yang lama sudah kekecilan, apalagi bagian dada yang sudah mulai besar.” Sengaja aku menunjukkan bagian dadaku yang sudah tumbuh sepasang payudara. “nih yah... kancingnya saja tidak bisa nutup dada.” Ayah angkatku memandang takjub bagian dada yang sudah nonjol besar meskipun tertutup kaos singlet tapi tonjolan susuku masih membayang dengan jelas. Akhirnya ayah angkatku setuju membeli baju, sekalian BH untuk menutupi bagian susuku yang terus tumbuh tambah besar.
Kini sudah 5 tahun aku menjadi anak angkat bapak dan bu Darminto, keduanya sangat menyayangi aku. Apalagi mereka berdua tidak punya anak kandung. Ketika aku menemani beliau berdua kedokter kandungan, akhirnya aku tahu mereka tidak mungkin punya anak kandung. Rasa sayang kedua orangtua angkatku makin besar, segala permintaanku selalu dituruti ditambah lagi dengan prestasiku di sekolah. Sehingga kemanapun mereka pergi aku selalu diajak. Ketika ibu angkatku menengok orangtuanya di Semarang ayah angkatku tidak dapat menemani kerena harus bertemu dengan rekan bisnisnya yang tidak dapat ditunda. Otomatis aku dirumah bersama ayah ditemani seorang pembantu perempuan. Tengah malam ketika seisi rumah sudah mulai tidur, aku kaget mendengar suara petir menggelegar, hujanpun turun dengan deras. Aku ketakutan tidur sendiri dikamar, tubuhku gemtar tidak mampu melawan rasa takut. Terpaksa aku nyelonong masuk kekamar tidur ayah angkatku, aku langsung naik keranjang memeluk ayah angkatku yang rupanya baru mulai tidur.
“Yah... El takut, tidur disini sama ayah ya.”
“Ya... boleh, sini ayah peluk.”
Aku merasa nyaman rasa takutku mulai hilang. Dekapan ayahku sangat hangat, wajahku aku sembunyikan pada dada bidangnya yang berbulu lebat. Pelan-pelan perasaan nikmat muncul kembali ketika sepasang payudaraku menempel erat diperut ayahku. Aku mulai mendesah panjang aaaah....
“El..., kamu sakit ya.”
“Enggak yah, El merasa nyaman tidur dipeluk ayah.” Aku merasakan pelukan ayah angkatku tambah hangat. Apalagi ketika keningku dikecup, turun kemata, lalu hidup dan pipiku diciumnya bergantian. Aku semakin bahagia, dan ketika bibirku mulai dilumat persamaan nikmat itu merambat kesekujur tubuhkan. Aku biarkan bibir ranumku dinikmatinya, tangannya mulai membelai punggungku, aku mulai membalas lumatan bibirnya. Aahh... aku mendesah lagi ketika rasa nikmat itu tambah kian mendera. Aku biarkan ketika tangan ayah angkatku mulai menelusup kebelahan dadaku, dibelainya dengan mesra gundukan susu berganti-ganti. Sementara dua puting susuku terasa mulai tegang seperti berdiri keras dan tegak.
“El.... kamu sudah besar, tambah cantik, ayah tambah sayang sama kamu.” Dipandanginya wajahku dikeremangan sinar lambu 5 watt. “El...., ayah pengin nyium susumu, boleh ya El.” Baju dan Bhku yang sudah lepas memerlihatkan sepasang susuku yang masih ranum. Ayang angkat seperti terpesona melihat gundukan susuku, segera menenggelamkan wajahny didadaku. Dua susuku diciumnya bergantian, kadang bibirnya mulai mengecup pentilku yang masih kecil. Ada rasa geli, tapi nikmat ketika pentilku dilahap muluk ayah angkatku. Aku lihat ayah angkatku sedang menyusu seperti bayi, aah nikmatnya pentilku dikemut-kemut, aku dekat erat kepalanya seakan tidak mau lepas.
Bersambung.....

9 komentar:

  1. Terima Kasih Sudah Berkomentar Disini, Jgn Lupa Klik Ia Link Dibawah ini :
    Thank for your sharing this post.
    Beauty
    ~ viagra asli
    ~ obat pembesar penis
    ~ obat perangsang cair
    ~ viagra asli

    Obat Kuat
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat cialis

    index:viagraasli-id.com
    index:juraganobatkuatviagra.com
    index:vimax-id.com
    index:viagra-id.com
    index:obatpembesarpenisdepok.com
    index:juraganobatimport.com

    BalasHapus
  2. Terima Kasih Sudah Berkomentar Disini, Jgn Lupa Klik Ia Link Dibawah ini :
    Thank for your sharing this post.
    Beauty
    ~ viagra asli
    ~ obat pembesar penis
    ~ obat perangsang cair
    ~ viagra asli

    Obat Kuat
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat cialis

    index:viagraasli-id.com
    index:juraganobatkuatviagra.com
    index:vimax-id.com
    index:viagra-id.com
    index:obatpembesarpenisdepok.com
    index:juraganobatimport.com

    BalasHapus
  3. Terima Kasih Sudah Berkomentar Disini, Jgn Lupa Klik Ia Link Dibawah ini :
    Thank for your sharing this post.
    Beauty
    ~ viagra asli
    ~ obat pembesar penis
    ~ obat perangsang cair
    ~ viagra asli

    Obat Kuat
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat viagra
    ~ obat kuat cialis

    index:viagraasli-id.com
    index:juraganobatkuatviagra.com
    index:vimax-id.com
    index:viagra-id.com
    index:obatpembesarpenisdepok.com
    index:juraganobatimport.com

    BalasHapus
  4. Cerita yang bagus.. teruskan..
    Tumpang Iklan
    Nakal lah abang ni..
    Seronok lah tu..
    >>>Baca Sini Kalau Berani!<<<

    BalasHapus